Rabu, 29 Januari 2014
KEBUTUHAN SEKSUAL
KEBUTUHAN SEKSUAL
Kebutuhan
seksual merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu
secara pribadi yang saling menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga
terjadi sebuah hubungan timbal balik antara dua individu tersebut. Seks pada
hakekatnya merupakan dorongan naluri alamiah tentang kepuasan syahwat. Tetapi
banyak kalangan yang secara ringkas mengatakan bahwa seks itu adalah istilah
lain dari Jenis kelamin yang membedakan antara pria dan wanita. Jika kedua
jenis seks ini bersatu, maka disebut perilaku seks. Sedangkan perilaku seks
dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan
kehidupan secara intim. Ada pula yang mengatakan bahwa seks merupakan hadiah
untuk memenuhi atau memuaskan hasrat birahi pihak lain. Akan tetapi sebagai
manusia yang beragama, berbudaya, beradab dan bermoral, Seks merupakan dorongan
emosi cinta suci yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan
memantapkan kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang ingin mendapatkan
cinta dan keturunan, maka ia akan melakukan hubungan seks dengan lawan
jenisnya. Seks yang pada mulanya diidentikkan dengan cinta dan pernikahan,
sekarang lebih diasosiasikan dengan suka dan kencan.
. Pengertian Kebutuhan Seksual
1. Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar
manusia berupa ekspresi perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling
menghargai, memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan
timbal balik antara dua individu tersebut.
Seksualitas dan
seks merupakan hal yang berbeda :
2. Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana
mereka mengkomunikasikan
perasaan tersebut kepada orang lain
melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku
yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan
perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.
3. Seks adalah menjelaskan
ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan
perempuan, hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual
genital).
4. Kesehatan seksual didefinisikan sebagai
pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari
kehidupan seksual, dengan cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan
kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975).
2.2. Tinjauan Seksual dari
beberapa aspek
Makna
seksual dapat di tinjau dari berbagai aspek , di antaranya.
1. Membicarakan seksual masih tabu.
2. Pengekspresiannya masih secara tertutup.
3. Hanya dikaitkan dengan masalah
hubungan antar lawan jenis.
4. Dalam pelayanan kesehatan dengan pendekatan
holistik, semua aspek saling berinteraksi.
5. Aspek biologis. Aspek ini memandang dari segi
biologi seperti pandangan anatomi dan fisiologi dari sistem reproduksi
(seksual) , kemampuan organ seks, dan adanya hormonal serta sistem saraf yang
berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual.
6. Aspek Psikologis. Aspek ini
merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin, sebuah perasaan dari diri
sendiri terhadap kesadaran identitasnya, serta memandang gambaran seksual atau
bentuk konsep diri yang lain.
7. Aspek Sosial Budaya. Aspek
ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di masyarakat
terhadap kebutuhan seksual serta perilakunya di masyarakat.
2.3. Perkembangan seksual
Perkembangan seksual di awali dari masa pre natal dan
bayi, kanak-kanak, masa pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur, serta dewasa.
1. Masa prenatal
dan bayi.
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai
berkembang. Berkembangnya organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti
adanya ereksi penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita.
Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang.
Menurut Sigmund
Freud, tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
a.
Tahap Oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan atau
kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah, atau
bersuara. Anak memiliki ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta
dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang di peroleh pada masa ini
adalah masalah menyapih dan makan.
b.
Tahap Anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini
terjadi pada saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukan keakuannya, sikapnya
sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak juga mulai
mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah dapat di latih dalam
hal kebersihan.
2. Masa
Kanak-kanak
Masa ini di bagi dalam usia
prasekolah, dan sekolah. Perkembangan seksual pada masa ini di awali secara
biologis atau fisik, sedangkan perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
a.
Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun.
Kepuasan anak terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan
kenikmatan dari beberapa erogennya. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak
laki-laki cenderung lebih suka sama ibunya dari pada ayahnya, sebaliknya anak
perempuan lebih suka ayahnya. Anak mulai dapat mengidentifikasi jenis kelamin
dirinya, apakah laki-laki atau perempuan, belajar melalui interaksi dengan
figur orang tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis
kelaminnya.
b. Tahap Laten, terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai terintegrasi, mereka
memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial, seperti suka berhubungan dengan
kelompoknya atau teman sebaya, dorongan libido mulai berbeda. Pada masa sekolah
ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal seksual melalui interaksi dengan
orang dewasa, membaca atau berfantasi.
3. Masa Pubertas / Remaja
Pada masa ini sudah terjadi
kematangan fisik dari aspek seksual dan akan terjadi kematangan secara psikososial.
Terjadinya perubahan secara psikologis ini ditandai dengan adanya perubahan
dalam citra tubuh (body image) , perhatian yang cukup besar terhadap
fungsi tubuh, pembelajaran tentang perilaku, kondisi sosial, dan
perubahan lain, seperti perubahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otot,
bulu di pubis, buah dada atau mentruasi bagi wanita. Tahap yang di sebut oleh
Freud sebagai tahap genital ini terjadi pada umur 12 - 18 tahun. Kepuasan anak pada tahap ini
akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap
lawan jenis.
4. Masa
Dewasa Muda dan Pertengahan Umur.
Pada tahap ini perkembangan secara
fisik sudah cukup dan ciri seks sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur
18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan hormonal; pada wanita
di tandai dengan penurunan estrogen, pengecilan payudara dan jaringan vagina,
penurunan cairan vagina, selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi ereksi; pada
pria di tandai dengan penurunan ukuran penis serta penurunan semen. Dari perkembangan
psikososial, sudah mulai terjadi hubungan intim antara lawan jenis, proses
pernikahan dan memiliki anak, sehingga terjadi perubahan peran.
5. Masa
Dewasa Tua
Perubahan yang terjadi pada tahap
ini pada wanita di antaranya adalah atrofi pada vagina dan dan jaringan
payudara, penurunan cairan vagina, dan penurunan intensitas orgasme pada
wanita; sedangkan pada pria akan mengalami penurunan produksi sperma,
berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan pembesaran
kelenjar prostat.
2.4. Perkembangan seksual
1.
Seksual yang Sehat Meliputi :
·
Bebas dari gangguan fisik maupun psikologis.
·
Bersikap positif terhadap seksual.
·
Mempunyai pengetahuan yang akurat tentang seksualitas.
·
Kesesuaian antara jenis kelamin, identitas, dan peran .
2.
Karakteristik Kesehatan Seks :
·
Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan meniadakan
kekerasan, eksploitasi dan penyalahgunaan seksual.
·
Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri
terhadap penampilan pribadi
·
Merupakan hubungan biologis yang paling intim antara dua
individu yang mempunyai tujuan
·
Mendapatkan keturunan (reproduksi)
·
Memenuhi kebutuhan biologis (rekreasi)
·
Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain
·
Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi,
sentuhan, emosional dan cinta
3.
Komponen kesehatan seksual :
·
Konsep seksual diri yaitu nilai tentang kapan, dimana,
dengan siapa dan bagaimana seseorang mengekspresikan seksualitasnya. Konsep
seksual diri yang negatif menghalangi terbentuknya suatu hubungan dengan
orang lain.
·
Body image yaitu pusat kesadaran terhadap diri sendiri,
secara konstan dapat berubah. Bagaimana seseorang memandang (merasakan)
penampilan tubuhnya berhubungan dengan seksualitasnya: Kehamilan, proses
penuaan, trauma, penyakit, dan terapi tertentu. Contoh : wanita ---bentuk tubuh
dan ukuran payudara, Pria --- ukuran penis.
·
Identitas jender yaitu suatu pandangan mengenai jenis
kelamin seseorang, sebagai laki-laki atau perempuan, mencakup komponen biologi,
juga norma sosial dan budaya.
·
Orientasi seksual (identitas seksual) adalah bagaimana
seseorang mempunyai kesukaan berhubungan intim dengan orang lain, dengan lawan
jenis atau sejenis.
4.
Tubuh Manusia Memiliki Zona Erotik : Alat genital, kulit ,
paha, bibir , telinga, buah dada , bila dirangsang menyebabkan sexual arousal
& desire (keinginan).
5.
Ekspresi Seksual dipengaruhi oleh : Sentuhan, bau,
penglihatan, suara, perasaan, pikiran, fantasy
6.
Organ Seksual Wanita
·
Organ seks internal : vagina,
uterus, tubulus falopii dan ovarium.
·
Organ seks eksternal secara kolektif disebut vulva yang
terdiri dari mons pubis (mons veneris), labia mayora, labia minora, klitoris
dan ostium vaginalis (introitus)
7.
Organ Seksual Laki-Laki
·
Organ seks eksternal pria adalah penis dan skrotum.
·
Organ seks internal pria yaitu testis, epididimis dan duktus
deferen, kelenjar prostat, vesikula seminalis dan kelenjar Cowper.
2.1. Penyimpangan Seksual Pada Orang
Dewasa.
Beberapa bentuk penyimpangan seksual atau deviasi seksual
yang dapat dijumpai di masyarakat antara lain :
1. Pedofilia. Kepuasan
seksual di capai dengan menggunakan objek anak-anak. Penyimpangan ini ditandai
dengan adanya fantasi berhubungan seksual dengan anak di bawah usia pubertas.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh kelainan mental, seperti shizofrenia, sadism
organic, atau gangguan kepribadian organik.
2. Eksibisionisme.kepuasan
seksual dicapai dengan cara mempertontonkan alat kelamin di depan umum. Hal ini
biasanya dilakukan secara mendadak di hadapan orang yang tidak di kenal, namun
tidak ada upaya untuk melakukan hubungan seksual.
3. Fetisisme. Kepuasan seksual; di
capai dengan menggunakan benda seks seperti sepatu tinggi, pakaian dalam,
stocking, atau lainnya. Disfungsi ini dapat di sebabkan antara lain karena
eksperimen seksual yang normal dan bedah pergantian kelamin.
4. Transvestisme. Kepuasan seksual
di capai dengan memakai pakaian lawan jenis dan melakukan peran seks yang
berlawanan, misalnya pria yang senang menggunakan pakaian dalam wanita.
5. Transeksualisme. Bentuk
penyimpangan seksual ditandai dengan perasaan tidak senang terhadap jenis
kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti kelamin.
6. Voyerisme/Skopofilia. Kepuasan
seksual dicapai dengan melihat alat kelamin orang lain atau aktifitas seksual
yang dilakukan orang lain.
7. Masokisme. Kepuasan seksual
dicapai melalui kekerasan atau di sakiti terlebih dahulu secara fisik atau
psikologis.
8. Sadisme. Merupakan lawan dari
masokisme. Kepuasan seksual di capai dengan menyakiti objeknya, baik secara
fisik atau psikologis (dengan menyiksa pasangan). Hal tersebut dapat disebabkan
antara lain karena perkosaan dan pendidikan yang salah.
9. Homoseksual dan Lesbianisme.
Penyimpangan seksual yang di tandai dengan ketertarikan secara fisik
maupun emosi kepada sesama jenis. Kepuasan seksual dicapai melalui hubungan
dengan orang berjenis kelamin yang sama.
10. Zoofilia. Kepuasan seksual di capai dengan
menggunakan objek binatang.
11. Sodomi. Kepuasan seksual dicapai dengan
hubungan melalui anus.
12. Nekropilia. Kepuasan seksual di capai dengan
menggunakan objek mayat.
13. Koprofilia. Kepuasan seksual di capai dengan
menggunakan objek feses.
14. Urolagnia. Kepuasan seksual di capai dengan
menggunakan objek urine yang diminum.
15. Oral Seks/Kunilingus. Kepuasan seksual di
capai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin wanita.
16. Felaksio. Kepuasan seksual di capai dengan
menggunakan mulut pada alat kelamin laki-laki.
17. Froterisme/Friksionisme. Kepuasan seksual di
capai dengan cara menggosokan penis pada pantat wanita atau badan yang
berpakaian di tempat yang penuh sesak manusia.
18. Goronto. Kepuasan seksual di capai melalui
hubungan dengan lansia.
19. Frottage. Kepuasan seksual di capai dengan
cara meraba orang yang di senangi tanpa di ketahui lawan jenis.
20. Pornografi. Gambar/tulisan yang dibuat
secara khusus untuk memberi rangsangan seksual (Maramis WF, 2004).
2.2. Bentuk abnormalitas seksual akibat
dorongan seksual abnormal
Banyak dorongan seksual abnormal yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi seksual atau terjadinya abnormalitas seksual. Beberapa
bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal antara lain :
1. Prostitusi. Bentuk
penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak wajar dan tidak
terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks bersifat impersonal, tanpa
adanya afeksi dan emosi yang berlangsung cepat, dan tanpa adanya orgasme pada
wanita. Kejadian ini dapat berlaku pada laki-laki maupun perempuan. Pada
laki-laki, prostitusi disebabkan karena keinginan mencari variasi dalam seks,
iseng, dan ingin menyalurkan kebutuhan seksual. Pada wanita, kejadian ini dapat
di sebabkan karena factor ekonomi, adanya diorganisasi kehidupan keluarga, dan
adanya nafsu seks yang abnormal.
2. Perzinahan. Bentuk
relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan suami istri. Perzinahan
pada wanita baru mengarah ke hubungan seksual dengan laki-laki lain setelah
adanya relasi emosional dan afeksional yang sangat kuat. Pada pria, perzinahan
biasanya disebabkan oleh rasa iseng atau dorongan untuk memuaskan seks secara
sesaat.
3. Frigiditas. Merupakan
ketidak mampuan wanita mengalami hasrat seksual atau orgasme selama senggama.
Frigiditas ditandai dengan berkurangnya atau ketidaktertarikan sama sekali pada
hubungan seksual atau tidak mampu menghayati orgasme pada koitus (hubungan
intim). Beberapa faktor yang menyebabkan frigiditas adalah kelainan pada rahim
atau vagina, adanya hubungan yang tidak baik dengan suami, rasa cemas,
bersalah, atau takut.
4. Impotensi.
Ketidakmampuan pria untuk melakukan relasi seks atau senggama atau
ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi. Gangguan ini
dapat disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kecemasan atau ketakutan,
pengalaman buruk masa lalu, dan persepsi seks yang salah.
5. Ejakulasi premature.
Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan sperma yang terlalu dini sebelum
zakar melakukan penetrasi dalam liang senggama atau berlangsung ejakulasi
beberapa detik sesudah penetrasi. Masalah ini umumnya disebabkan oleh kurangnya
rasa percaya diri serta kagagalan dalam membangun hubungan suami istri.
6. Vaginismus. Peristiwa
yang ditandai dengan kejang yang berupa penegangan atau pengerasan yang sangat
menyakitkan pada vagina atau kontraksi yang sangat kuat sehingga penis terjepit
dan tidak bisa keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan organis dan
psikologis (ketakutan).
7. Dispareunia. Keadaan
yang ditandai dengan timbulnya kesulitan dalam melakukan senggama atau perasaan
sakit pada saat koitus. Kejadian ini dapat terjadi pada saat sperma keluar,
karena kurangnya cairan vagina, dan lain-lain.
8. Anorgasme. Kondisi
kegagalan dalam mencapai klimaks selama bersenggama, biasanya bersifat psikis,
ditandai dengan pengeluaran sperma tanpa mengalami puncak kepuasan. Hal ini
dapat disebabkan oleh faktor psikis atau adanya faktor organik seperti
ketidakmampuan penetrasi untuk memberi rangsangan atau vagina yang longgar.
9. Kesukaran koitus pertama.
Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam melakukan koitus pertama dapat
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan di antara pasangan, adanya ketakutan atau
rasa cemas dalam berhubungan seks, dan lain-lain.
2.3. Siklus respon seksual
Siklus respon seksual terdiri atas
beberapa tahap berikut :
1. Tahap suka cita.
Merupakan tahap awal dalam respons seksual pada wanita ditandai dengan
banyaknya lendir pada daerah vagina, dinding vagina mengalami ekspansi atau
menebal, meningkatnya sensitifitas klitoris, putting susu menegang, dan ukuran
buah dada meningkat. Pada laki-laki ditandai dengan ketegangan atau ereksi pada
penis dan penebalan atau elevasi pada skrotum.
2. Tahap kestabilan. Pada tahap ini
wanita mengalami retraksi di bawah klitoris, adanya lendir yang banyak dari
vagina dalam labia mayora, elevasi dari serviks dan uterus, serta meningkatnya
otot-otot pernafasan. Pada laki-laki ditandai dengan meningkatnya ukuran gland
penis dan tekanan otot pernafasan.
3. Tahap orgasme (puncak). Tahap
puncak dalam siklus seksual pada wanita ditandai adanya kontraksi yang tidak
disengaja dari uterus, rectal dan spinchter, uretra, dan otot-otot lainnya,
terjadi hiperventilasi dan meningkatnya denyut nadi. Pada laki-laki ditandai
dengan relaksasi pada spinchter kandung kencing, hiperventilasi, dan
meningkatnya denyut nadi.
4. Tahap resolusi (peredaan).
Merupakan tahap terakhir dalam siklus respons seksual, pada wanita ditandai
dengan adanya relaksasi dari dinding vagina secara berangsur-angsur, perubahan
warna dari labia mayora, pernafasan, nadi tekanan darah, otot-otot kembali
berangsur normal. Pada laki-laki ditandai dengan menurunnya denyut pernafasan
dan denyut nadi serta melemasnya penis.
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah seksual.
· Perkembangan manusia berpengaruh
terhadap psiko-sosial, emosional, dan biologis
· Kultur / budaya :
berpakaian,tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai norma.
Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya
· Nilai-nilai
Realigi :Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan
terkait seksualitas. Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa nikah
· Status Kesehatan : Klien dapat
mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Medikasi dapat
mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama ketika
diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh,
dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.
· Hospitalisasi
· Kesepian, tidak
lagi memiliki privasi, merasa tidak berguna.
· Beberapa klien
di rumah sakit mungkin dapat berperilaku secara seksual melalui
pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll
· Klien yang
mengalami pembedahan dapat merasa kehilangan harga diri dan perasaan kehilangan
yang mencakup maskulinitas dan femininitas.
2.5. Beberapa Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas
Ø Penganiayaan
seksual :
o
Mencakup tindak kekerasan pada wanita, pelecehan seksual,
perkosaan, pedofilia, pornografi anak
o
Efek traumatik --- masalah fisik dan psikologis ---
disfungsi seksual.
Contoh : Ibu yang yang mengalami penganiayaan selama masa
kehamilan cenderung melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah.
o
Anak-anak yang mengalami penganiayaan
dapat berisiko terhadap masalah kesehatan, emosional, kinerja di sekolah dan
dapat terjadi peningkatan keagresifan dan menjadi orang dewasa yang suka
melakukan tindak kekerasan.
o
Dukungan perlu diberikan kepada korban dan keluarga.
Pelaku penganiayaan harus dilaporkan kepada yang berwenang.
Ø Aborsi :
o
Dilakukan oleh wanita yang telah menikah maupun oleh
wanita yang berhubungan seks sebelum nikah.
o
Kontroversi baik yang pro maupun kontra.
o
Klien mungkin dapat mangalami rasa
bersalah dan berduka
Ø Penyakit
menular seksual (PMS) :
o
Individu terlibat dalam melakukan hubungan seksual
o
PMS ditularkan dari individu yang
terinfeksi kepada pasangannya selama kontak seksual yang intim. --- Tempat penularannya
biasanya genital, tetapi mungkin juga tertular melalui oral-genital atau
anal-genital.
o
Penyakit Gonorrea, Klamidia, Sífilis
--- disebabkan oleh bakteri
o
Penyakit Herpes
genital dan HIV/AIDS --- oleh virus
2.6. Penyakit/Stress Yang Akan Mempengaruhi Kemampuan Seksual
Seseorang
ü Nyeri kronis
ü Diabetes melitus
ü Penyakit kardio vaskular
ü Penyakit-penyakit sendi
ü Pembedahan/ body image
ü Gangguan mental
ü Penyakit menular seksual
ü Obat-obatan
. Masalah keperawatan Pada
Seksualitas.
Masalah keperawatan yang terjadi
pada kebutuhan seksual adalah pola seksual dan perubahan disfungsi seksual.
Pola seksual mengandung arti bahwa suatu kondisis seorang individu mengalami
atau berisiko mengalami perubahan kesehatan seksual, sedangkan kesehatan
sendiri adalah integrasi dari aspek somatic, emosional, intelektual, dan social
dari keberadaan seksual yang dapat meningkatkan rasa cinta, komunikasi, dan
kepribadian. Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau
berisiko mengalami perubahan fungsi seksual yang negative, yang di pandang
sebagai tidak berharga dan tidak memadainya fungsi seksual.
Perilaku
seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan
antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang
biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Beberapa tahun terakhir ini,
persepsi masyarakat terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah
seksual telah mengalami perubahan yang drastis. Perilaku telah beranjak dari
posisi nilai moral menjadi budaya. Dengan kata lain, jika sebelumnya seks sarat
dengan kaidah moral, sekarang seks telah merambah ke segala penjuru kehidupan
sebagai gaya hidup yang nihil moralitas. Perilaku seks juga merupakan salah
satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam
masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang
berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan
batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan beri saran dan komentar yang positif dan yang bersifat membangun guna membuat blog ini mnjadi lebih baik lagi dan bisa bermanfaat bagi yang sudah membaca.
NO PORN